Makalah hygiene makanan jajanan anak usia sekolah Makalah hygiene makanan jajanan anak usia sekolah

Makalah hygiene makanan jajanan anak usia sekolah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan jumlah penderita yang banyak dalam kurun waktu yang singkat. Biasanya masalah diare timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan. Saat ini banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya mereka sering tidak menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan. Anak usia sekolah pada umumnya belum paham betul akan arti kesehatan bagi tubuhnya (Sulianti Saroso, 2009)
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga. Oleh karenanya, sanitasi makanan juga perlu di jaga karena bila tercemar akan menimbulkan gangguan gastrointestinal yang berakibat diare (Slamet, Juli Soemirat, 2004: 170). Cara penyiapan dan penyimpanan bahan makanan dapat menimbulkan akibat buruk, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah penyimpanan air di rumah atau kantin atau warung sekolah, penggunaan atau juga kemungkinan kontaminasi silang dari makanan mentah ke makanan yang sudah di masak, atau dari tempat pembungkus atau penampung, makanan dan peralatan masak, atau status kesehatan dan perilaku hygiene para pengolah makanan. Konsumsi makanan yang tidak dimasak secara memadai, konsumsi ikan mentah, serta pendingin yang tidak memadai sewaktu penyimpanan. Dari kondisi ini makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat berasal dari tanah, udara, manusia dan vector, sehingga bisa menimbulkan diare karena terdapat berbagai macam mikroba (Bres. P, 1955 : 76)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, angka kejadian diare tahun 2008 sebanyak 80 % di wilayah kabupaten Lamongan, di Puskesmas sebanyak 75 % kasus diare, di tingkat nasional pada tahun 2006 sebanyak 423 per seribu penduduk dan terjadi 1-2 kali per tahun, di tingkat propinsi pada tahun 2006 sebanyak 25 % kasus diare (Dep. Kes. RI). Kasus penyakit selain diare yang diderita pada anak usia sekolah antara lain pilek, batuk, demam, dan lain-lain. Dari data survey awal pada tanggal 14 Februari 2009 di MI Assa’dyah Kemlagi Gede dan selama bulan Januari-Februari 2009 ada 35 anak dari 154 siswa-siswi yang mengalami sakit,12 anak (34%) menderita diare, dan 23 anak (65 %) menderita sakit demam, batuk, pilek. Dari hasil observasi di MI Assa’dyah Kemlagi Gede semuanya mengatakan suka jajan. Jajanan yang mereka beli adalah makanan snack, kue basah, es sirop, permen. Dari 154 anak hanya ada 5 anak (5 %) yang membawa bekal dari rumah.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diare adalah mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak terjamin kebersihannya, lingkungan, peran keluarga, dan ekonomi.
Makanan atau jajanan yang sering dikonsumsi anak sekolah sangat sensitif terhadap pencemaran, yang bersumber dari bahan tambahan pangan berupa pewarna tekstil, zat pengawet, dan pemanis buatan. Demikian hasil penelitian Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) Makasar, yang menemukan lebih 90 persen makanan jajanan sekolah menggunakan pemanis buatan (sakarin/siklamat) dan pewarna tekstil (Arafah Madjid, 2004). Jangan dikira warna dan aroma yang menggugah selera pada jajanan anak sekolah hanya menawarkan kelezatan para murid sekolah. Pada umumnya murid sekolah tetap tergiur untuk membeli jajanan tanpa menyadari bahayanya diantaranya adalah diare (Arafah Madjid, 2004).
Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat. Jelas ke semuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit (Effendy. Nasrul, 1998 : 40). Semakin tinggi ekonomi keluarga maka kebutuhan hidup mereka terpenuhi dengan menjaga segala makanan yang akan dimakan, sehingga mereka sangat berhati-hati dalam menjaga kebersihan makanan. Sebaliknya jika ekonomi keluarga rendah maka, dalam memenuhi kebutuhannya terbatas dan mereka cenderung memenuhi kebutuhan dengan memakan makanan yang sudah dingin dan memakan makanan yang seadanya. Dan biasanya mereka membeli jajanan atau makanan yang relatif terjangkau tanpa menghiraukan kebersihan makanan yang di makan.
Peran keluarga untuk menunjukkan kepada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat homogen yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang, kapan, dalam situasi tertentu (Friedman , 1998 : 286). Orang tua dalam peranan nya sebagai pelindung dan pemelihara yang harus mampu melindungi terhadap anaknya dari segala hal yang mengancam kesehatan. Termasuk dalam penyediaan makanan jika anak tidak dibekali makanan dari rumah, maka anak tersebut akan menjadi terbiasa jajanan yang ada di sekolah, tetapi pada anak yang nurut biasanya membawa bekal dari rumah.
Lingkungan pemukiman dan rumah tangga, keluarga dan masyarakat merupakan lingkungan yang kompleks berkaitan dengan kesehatan (Wijono. Djoko, 1997 : 399). Sebagai manusia yang punya aktivitas banyak, mereka tak menghiraukan lingkungan baik di rumah, sekolah maupun di luar itu semua, semakin mereka tak menghiraukan maka banyak makanan yang termakan dan tercemar akibat polusi bakteri-bakteri yang menyebabkan diare, dan yang mudah sekali terkena juga anak-anak kecil Apalagi pada musim hujan yang menyebabkan perubahan suhu dan kelembaban pada udara dan tanah. Memburuknya suhu dan kelembaban menyebabkan keadaan lingkungan menjadi buruk. Kuman penyebab diare tumbuh subur di lingkungan yang lembab dan sanitasinya tidak baik, serta pada air minum yang tidak terpelihara kebersihannya. Faktor lingkungan yang meliputi air bersih dan sanitasi ini memiliki peranan sangat penting sebagai media penularan dan dominan dalam siklus penularan penyakit diare.
Maka jajanan yang kurang bersih dapat menyebabkan berbagai penyakit infeksi terutama diare, batuk, pilek, kecacingan, mual, muntah, tifus. Selain itu, jajanan kaki lima juga dapat menimbulkan kekurangan energi dan protein, sehingga akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang tidak bisa optimal. Bahan Tambahan Pangan (BTP) ini juga dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia.
Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu tatanan dimana program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan. Sekolah yang berwawasan kesehatan, dimana sekolah bukan hanya sebagai tempat kegiatan belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk pembentukan perilaku hidup sehat (Soekidjo Notoatmodjo, 2005 : 362). Larangan jajan di sembarang tempat, yang dengan sendirinya perlu didukung dengan penyediaan kantin atau warung sekolah. Sebenarnya sudah banyak cara yang dilakukan pihak sekolah untuk mencegah jajanan sekolah berbahaya yang di beli oleh mereka, salah satunya dengan menyediakan beberapa kantin dan melarang penjual jajanan berjualan di depan sekolah (Kompas, 11/03/2009). Dengan tersedianya kantin sekolah akan memudahkan guru atau petugas kesehatan untuk melakukan pengawasan baik dari segi gizinya, maupun dari segi kebersihan (hygiene) makanannya (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:372).
Peran perawat dengan mengadakan dengan penyuluhan makanan jajanan untuk anak sekolah, ditekankan agar tidak mengonsumsi makanan yang menggunakan gula asli agar anak sekolah tidak cepat mengantuk dan lemas saat mengikuti pelajaran. Mengenai penggunaan pewarna makanan yang bersumber dari pewarna untuk tekstil, terutama Rodhamin B, itu sangat berbahaya, sebab zat pewarna tekstil yang terserap tubuh manusia dapat menimbulkan penyakit kanker ( Arafah Madjid, 2004)

1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Bagaimana hygiene makanan jajanan anak usia sekolah di MI Assa’dyah Kemlagi Gede Turi Lamongan?


Selengkapnya Download Disini >>>

Related Post: