download makalah, skripsi, tesis dll. download makalah, skripsi, tesis dll.

download makalah, skripsi, tesis dll.

download makalah, skripsi, tesis dll.


SKRIPSI PTK PEMANFAATAN MULTIMEDIA POWER POINT UTK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF DI SMP X

Posted: 14 Nov 2010 09:17 PM PST


(KODE PTK-0025) : SKRIPSI PTK PEMANFAATAN MULTIMEDIA POWER POINT UTK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF DI SMP X (MATA PELAJARAN : BIOLOGI)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa komponen, dua diantaranya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus aktif diantaranya dalam hal mendorong siswa untuk aktif belajar dan memberikan pengalaman belajar yang memadai kepada siswa.
Menurut Winkel (1987), pembelajaran berlangsung di dalam kelas, dapat ditemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses tersebut. Komponen-komponen tersebut antara lain prosedur didaktif, media pembelajaran, pengelompokan siswa dan materi pelajaran. Peranan dalam membimbing pada dasarnya ikut dalam prosedur didaktif.
Prosedur didaktif menunjuk pada kegiatan-kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, disamping harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan guru juga dituntut untuk mengetahui secara tepat posisi pengetahuan siswa sebelum mengikuti pelajaran tertentu.
Observasi awal yang telah dilakukan diketahui bahwa SMP X ini merupakan SMP swasta yang setaraf dengan SMP lainnya. Dengan beberapa perbedaan dalam hal mata pelajaran tambahan dan alokasi waktunya. Lokasi SMP ini berada di pinggiran kota, terletak disekitar pondok pesantren dan kantor yayasan yang menaunginya. Sekolah ini tergolong masih baru, yaitu masih 5 tahun. Fasilitas di SMP ini tidak jauh beda dengan SMP swasta pada umumnya.
Siswa SMP ini umumnya berasal dari pondok pesantren Yayasan X, anak-anak panti asuhan X dan juga dari masyarakat sekitar sekolah ini.
Mata pelajaran Biologi di sekolah ini diajarkan dengan satu metode yaitu ceramah dengan guru menjelaskan dan siswa cenderung hanya mendengar tanpa ada variasi seperti pemanfaatan media dan sebagainya. Alasan dari kegiatan belajar mengajar yang monoton ini adalah kurangnya peralatan laboratorium dan fasilitas yang lainnya menyebabkan kegiatan seperti praktikum sangat sukar diterapkan.
Siswa yang terdapat di SMP ini pada umumnya mempunyai prestasi belajar rendah, meskipun ada beberapa yang berprestasi sangat menonjol, hal ini mengakibatkan kurang adanya semangat belajar (motivasi) untuk saling bersaing dalam memperoleh nilai.
Berdasarkan informasi dari guru Biologi, nilai rata-rata ulangan harian pada sistem pencernaan adalah 6,3 dengan ketuntasan 56 %. Kondisi ini menggambarkan bahwa pemahaman siswa dalam proses pembelajaran masih rendah sehingga menyebabkan hasil belajar siswa cenderung rendah. Begitu pula dari wawancara dengan siswa diperoleh hasil bahwa siswa mengalami kesulitan mempelajari sistem saraf karena banyaknya konsep yang sulit dipahami oleh siswa serta sulit dihafal, dan siswa memerlukan media pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Hasil analisis penyebab rendahnya kompetensi siswa dalam mempelajari sistem saraf dapat dijabarkan seperti Gambar 1.

* Gambar sengaja tidak ditampilkan *

Analisis pada pohon masalah di atas menunjukkan bahwa kurangnya variasi model pembelajaran. Pembelajaran monoton, serta siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran merupakan akar masalah rendahnya kompetensi siswa dalam materi pokok sistem saraf. Kurangnya variasi dalam pembelajaran disebabkan karena guru kurang dalam memilih media dan alat bantu yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran Biologi. Oleh karena itu perlu disusun pohon sasaran seperti pada Gambar 2.

* Gambar sengaja tidak ditampilkan *

Permasalahan di SMP X tampaknya disebabkan oleh kurangnya guru memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran hanya satu arah dan siswa tidak dilibatkan secara aktif. Sarana pembelajaran yang kurang memadai serta materi sistem saraf yang sulit, ketiga faktor tersebut mempengaruhi rendahnya kompetensi siswa.
Permasalahan di atas memerlukan upaya penyelesaian agar siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari sistem saraf sehingga meningkatnya kompetensi tercapai. Alternatif untuk memecahkan masalah tersebut di atas adalah dengan menggunakan media yang dapat menarik minat siswa untuk belajar biologi. Media tersebut yaitu komputer dan diharapkan siswa menjadi termotivasi sehingga hasil belajar biologi dapat meningkat yang berdampak pada meningkatnya kompetensi siswa. Ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran dengan komputer dikembangkan antara lain sebagai variasi dalam pembelajaran, modern dan menarik, dapat menayangkan proses-proses yang sulit, belum banyak digunakan di sekolah-sekolah.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas timbul rumusan masalah sebagai berikut :
1. Adakah peningkatan motivasi siswa pada pembelajaran konsep sistem saraf dengan menggunakan media pembelajaran multimedia komputer bentuk power point di SMP X ?
2. Adakah peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran konsep sistem saraf dengan mengunakan media pembelajaran multimedia komputer bentuk power point di SMP X?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran konsep sistem saraf
2. Sebagai upaya untuk sosialisasi media pembelajaran kepada guru mata pelajaran di sekolah
b. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan atau institusi di bawah ini :
1. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memahami konsep sistem saraf pada manusia di kelas II SMP X yang mengalami kesulitan dalam belajar dan motivasi rendah, sehingga diharapkan motivasi dan hasil belajarnya akan lebih optimal.
2. Bagi guru
Guru biologi memperoleh pengalaman langsung dalam merancang model pembelajaran dengan menggunakan komputer sebagai media pembelajaran.
3. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah, dalam rangkan perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa.

SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN LKS MATA DIKLAT KOMPETENSI KEJURUAN 1 PADA KLS XI TAV-C

Posted: 14 Nov 2010 09:16 PM PST


(KODE PTK-0024) : SKRIPSI PTK UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN LKS MATA DIKLAT KOMPETENSI KEJURUAN 1 PADA KLS XI TAV-C (MATA DIKLAT : KOMPETENSI KEJURUAN 1)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita tidak lagi dapat mengandalkan pada tersedianya tenaga kerja yang banyak dan murah, yang dikenal seperti yang selama ini telah dianggap sebagai suatu keuntungan kompetitif. Tenaga kerja yang diperlukan dalam era perubahan ini adalah mereka yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta menguasai informasi (Well Educated, Well Trained and Informed). Perubahan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan merupakan asas dari suatu organisasi belajar.
Salah satu sarana penyiapan tenaga kerja di masa depan adalah pemanfaatan teknologi pembelajaran, karena aspek ini masih banyak dipandang sebagai suatu bidang yang mendukung pendidikan. Untuk itu teknologi pembelajaran perlu mendapat perhatian dari para guru atau tenaga kependidikan lain dalam lingkungan pendidikan formal, sebab teknologi pembelajaran telah berkembang sebagai suatu teori dan praktek dimana proses, sumber dan sistem belajar pada manusia, baik perorangan maupun dalam suatu ikatan organisasi dapat dirancang, dikembangkan, dimanfaatkan, dikelola dan dinilai.
SMKN X yang merupakan sekolah kejuruan yang menyiapkan tenaga kerja profesional dan handal dalam bidangnya berusaha untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran terutama kompetensi kejuruan, tetapi kenyataan yang terjadi saat ini prestasi belajar untuk kompetensi produktif masih sangat rendah. Hal ini terbukti bahwa pada kelas XI TAV-C (Teknik Audio Video) yang diampu peneliti masih rendah. Diduga salah satu penyebabnya adalah karena proses belajar mengajar hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar tersebut. Hal lain yang menjadi permasalahan dalam proses belajar mengajar adalah siswa kurang aktif di kelas dan cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan peran guru untuk memberikan motivasi agar siswa tertarik dalam pembelajaran produktif.
Ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Untuk itu para guru, khususnya di sini guru produktif harus mempunyai kreativitas dan inovasi untuk mengembangkan metode mengajarnya guna menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa.
Metode mengajar yang baik adalah metode yang disesuaikan dengan materi yang di sampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta penguasaan kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal, sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dan metode pembelajaran yang diterapkan juga dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses belajar mengajar secara maksimal mungkin. Dengan cara siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masala dengan teman-temannya mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Selama ini dalam kegiatan belajar individual cenderung mementingkan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan sekitar.
Pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Team Achievement Divison)/(Pencapaian Pembelajaran Tim Siswa) merupakan salah satu strategi dari teori belajar kontruktivisme yang sesuai diterapkan pada mata diklat Kompetensi Kejuruan 1 di kelas XI TAV-C kompetensi menguasai elektronika dasar terapan. Dalam pembelajaran tipe STAD ini, siswa dengan berbagai latar belakang yang berbeda dan dengan kemampuan awal yang berbeda akan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materikompetensi produktif dan ketarampilan kooperatif antar siswa. Anggota-anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan tugas-tugas kelompok dalam mempelajari materi produktif dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja dalam situasi semangat kooperatif dan membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama serta mereka harus mengkoordinasikan belajarnya untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam materi kompetensi produktif. Atas hal itulah metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Lembar Kerja Siswa sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran produktif di kelas XI TAV-C.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka berbagai permasalahan dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar kompetensi produktif pada kelas XI TAV-C SMKN X sangat rendah.
2. Dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik siswa.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Lembar Kerja Siswa diduga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Lembar Kerja Siswa.

C. Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian dapat mencapai sasaran yang utama maka perlu adanya pembatasan masalah, yaitu:
1. Permasalahan dibatasi pada bagaimana upaya meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar dengan menggunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa.
2. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada siswa kelas XI TAV-C SMKN X Semester II Tahun Pelajaran XXXX/XXXX
3. Tindakan kelas dilaksanakan pada tahun diklat XXXX/XXXX
a. Pra tindakan dilaksanakan bulan Desember XXXX.
b. Siklus 1 dilaksanakan pada bulan Februari XXXX.
c. Siklus 2 dilaksanakan pada bulan Maret XXXX.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan lembar kerja dapat meningkatkan motivasi belajar siswa bagi kelas XI TAV-C pada mata diklat Kompetensi Kejuruan satu kompetensi menguasai elektronika dasar terapan Semester II SMKN X pada Tahun Pelajaran XXXX/XXXX ?
2. Apakah melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Lembar Kerja Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa bagi kelas XI TAV-C pada mata diklat Kompetensi Kejuruan satu kompetensi menguasai elektronika dasar terapan semester II SMKN X pada Tahun Pelajaran XXXX/XXXX?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar pada mata diklat Kompetensi Kejuruan 1 pada kompetensi menguasai elektronika dasar terapan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Lembar Kerja Siswa.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan prestasi belajar pada mata diklat Kompetensi Kejuruan 1 pada kompetensi menguasai elektronika dasar terapan melalui Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Lembar Kerja Siswa pada siswa kelas XI TAVC SMKN X pada tahun pelajaran XXXX/XXXX.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Manfaat Penelitian
Menberikan masukan bagi para pendidik yang memilih strategi pembelajaran khususnya pada pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa.
Siswa lebih mudah memahami mata diklat Kompetensi Kejuruan 1 sehingga motivasi belajar dan prestasi belajar meningkat.
b. Bagi Guru.
Menambah wawasan bagi para pendidik dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Lembar Kerja Siswa dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

TESIS PTK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS

Posted: 14 Nov 2010 09:14 PM PST


(KODE PTK-0023X) : TESIS PTK IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN BELAJAR MANDIRI SISWA DAN HASIL BELAJAR IPS (MATA PELAJARAN : IPS)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan utama yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih peserta didik memiliki kemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya.
Hasil wawancara dengan siswa diperoleh jawaban bahwa sebagian besar siswa menganggap IPS merupakan mata pelajaran yang sulit. Kesulitan yang dialami siswa ini disebabkan tidak adanya kesadaran dari diri siswa itu sendiri untuk belajar mandiri, mengingat mata pelajaran IPS materinya sangat banyak dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa harus banyak membaca buku ajar, buku referensi, majalah, surat kabar dan jika perlu siswa menggunakan media lain seperti internet. Hal ini dimaksudkan agar wawasan siswa bertambah luas dan siswa mampu mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang dimiliki oleh guru.
Berdasarkan pengamatan dokumen nilai IPS di kelas VII A, diperoleh data sebagai berikut: 1) Rata-rata nilai ulangan harian (UH) siswa pada mata pelajaran IPS rendah yaitu hanya mencapai 58,95%. 2) Siswa yang mencapai ketuntasan belajar diatas 68 hanya 19 orang atau 47,50%.
Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa disebabkan oleh beberapa faktor dari guru itu sendiri seperti : 1) guru kurang menguasai materi pelajaran 2) guru kurang tepat menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi, 3) guru kurang bervariasi dalam menerapkan metode pembelajaran, 4) guru kurang terampil memilih alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan disajikan, 5) guru kurang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dan 6) guru kurang mendorong siswa untuk belajar mandiri.
Beberapa siswa mengaku jika keesokan harinya ada pelajaran IPS, dia kadang-kadang belajar dan kadang-kadang tidak belajar, bahkan tugas di rumah pun banyak dikerjakan disekolah sebelum guru masuk kelas. Sebagian siswa juga merasakan bahwa pelajaran IPS membosankan dan banyak hapalan.
Permasalahan rendahnya kemampuan belajar mandiri dan hasil belajar IPS pada siswa jika tidak diatasi akan menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya penguasaan kompetensi mata pelajaran IPS, sehingga nilai ulangan harian IPS rendah, akibatnya hasil belajar IPS secara umum rendah. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Hopkins ( 1993 : 44) menjelaskan, "Actions research combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined by enquiry a personel attempt at understanding while engaged in process of improvement and reform ".
(Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian degan tindakan substantif, sebagai tindakan yang dilakukan secara inkuiri, merupakan usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan pembahasan).
Pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS. Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa mampu bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Di dalam pembelajaran kooperatif model jigsaw ini prinsip belajar aktif diterapkan.
Belajar mandiri merupakan sikap atau perbuatan yang dilakukan oleh individu yang tumbuh dari dalam diri berupa tumbuhnya kesadaran akan pentingnya belajar. Dalam belajar mandiri seorang memiliki keyakinan apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi kehidupannya. Pembelajaran yang demokratis dan menghargai perubahan sekecil apapun yang akan dicapai akan membuat anak percaya diri. Rasa percaya diri akan memunculkan motivasi untuk selalu ingin tahu, dan berusaha mencari makna dari hal-hal yang dipelajari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dan agar hasil penelitian ini lebih terfokus maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa ?
2. Bagaimana imlementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPS ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa.
b. Mengimplementasikan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPS
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Mendiskripsikan dan menjelaskan implementasi pembelajaran koperatif model jigsaw untuk meningkatkan belajar mandiri siswa dan hasil belajar IPS.
b. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan belajar mandiri siswa melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas VII A di SMPN X pada semester 1 tahun pelajaran XXXX/XXXX
c. Mendeskripsikan dan menjelaskan peningkatan hasil belajar IPS
melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw bagi siswa kelas VII A di SMPN X semester 1 tahun pelajaran XXXX/XXXX

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan belajar mandiri siswa
b. Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar IPS.
c. Digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam upaya melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, pembelajaran kooperatif model jigsaw sangat bermanfaat karena siswa akan mampu bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru akan berusaha menerapkan strategi dan pendekatan yang sesuai untuk pembelajaran di era yang menuntut siswa yang mandiri, aktif dan cerdas.
c. Bagi penentu kebijakan baik sekolah maupun dinas terkait, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya peningkatan perbaikan pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

TESIS PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X SMKN X

Posted: 14 Nov 2010 09:13 PM PST


(KODE PTK-0022X) : TESIS PTK PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X SMKN X (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Dalam konteks pengajaran bahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks. Menulis sulit dipelajari siswa dan sulit diajarkan oleh guru (Farris, 1993: 180). Alasannya, menulis memerlukan sejumlah keterampilan, yakni keterampilan membuat perencanaan, menyeleksi topik, menata dan mengorganisasikan gagasan, dan mempertimbangkan bentuk tulisan sesuai dengan calon pembacanya. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, menulis juga memerlukan keterampilan menyajikan isi tulisan secara teratur, menggunakan diksi, kalimat secara efektif, dan menggunakan ejaan secara tepat.
Salah satu tujuan program pengajaran Bahasa Indonesia (BI) adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa perlu dimiliki oleh siswa agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Tujuan berkomunikasi berupa pengungkapan pikiran, ide, gagasan, pendapat, persetujuan, keinginan, dan penyampaian informasi tentang suatu peristiwa. Hal tersebut disampaikan dalam aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf, ejaan, dan tanda baca dalam bahasa tulis (Puskur, 2002:2).
Agar tujuan tersebut dapat tercapai seperti yang diharapkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran menulis yang menarik, bermakna, dan sesuai dengan dunia siswa sehingga potensi menulis siswa dapat berkembang secara optimal.
Dikemukakan oleh Tompkins (1991: 227), bahwa pembelajaran menulis hendaknya ditekankan pada proses menulis. Pada pembelajaran model ini peran guru bergeser dari sebagai pemberi tugas ke sebagai teman kerja siswa. Pembelajaran model ini mengarah pada pembelajaran secara kolaboratif antara siswa dan siswa serta siswa dan guru sebagai cara untuk meningkatkan motivasi siswa terhadap menulis. Hal itu sesuai dengan konsep pendekatan proses yang memusatkan pada aktivitas siswa (Burn dan Ross, 1996: 385). Sejalan dengan uraian di atas, Culkins (dalam Stewis dan Sabesta, 1989; 77) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran menulis siswa idealnya menjadi partisipan aktif dalam keseluruhan proses menulis.
Bentuk tulisan yang dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini yakni bentuk deskripsi. Dengan menulis deskripsi diharapkan siswa mampu melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Hal itu sesuai dengan pernyataan Tompkins (1994:108) yang mengatakan bahwa tulisan deskripsi diajarkan agar siswa dapat melukiskan sesuatu dengan kata-kata yang jelas dan multi-sensoris. Berkenaan dengan itu, Semi (1990:42) juga berpendapat bahwa deskripsi adalah tulisan yang bertujuan memberikan rincian suatu objek tulisan. Hal tersebut juga sejalan dengan Ellis dkk (1987:175) yang mengemukakan bahwa mendeskripsikan suatu objek berarti melatih penulis pemula mengamati objek yang dikenal, mengumpulkan berbagai detail, mengorganisasikan, dan menyeleksi ide-ide.
Deskripsi merupakan unsur penting dalam menulis. Penulis yang baik biasanya memiliki kemampuan mengamati yang baik terhadap dunia sekitarnya. Mereka memiliki indera penglihatan, penciuman, perasaan, dan pengecapan yang sensitif dan perseptif (Rubin, 1995:249). Hal yang sama juga ditegaskan oleh Ellis dkk (1989:175) bahwa deskripsi merupakan suatu cara penggambaran objek melalui pengamatan untuk memulai mengarang.
Untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi sebagai salah satu bentuk tulisan yang harus dipahami dan dikuasai siswa, dapat dipilih, dan digunakan strategi Student Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan satu si stem belajar kelompok yang di dalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok yang terdiri dari 6-7 orang secara heterogen. Dalam melaksanakan belajar kooperatif model STAD, ada lima tahap yang penting dilaksanakan, yakni (1) presentasi kelas, (2) kegiatan kelompok, (3) pemberian tes, (4) peningkatan nilai individu, dan (5) penghargaan terhadap usaha kelompok.
Relevansi penggunaan strategi belajar kooperatif model STAD terhadap peningkatan kemampuan menulis terletak pada aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa. Ciri yang menonjol dari belajar kooperatif model STAD terletak pada pola belajarnya yang bersifat imitatif, interaksi berbahasa dalam konteks masyarakat yang luas dimodifikasikan dalam kelompok-kelompok yang kecil. Dalam kelompok kecil itu, siswa dituntut saling ketergantungan positif, saling komunikasi, saling bekerja sama, dan bertanggungjawab. Suasana itu menciptakan saling bertanya dan merespons pertanyaan di antara siswa secara langsung. Lewat bertanya dan merespons pertanyaan, menjadi perangsang bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan kebahasaannya dalam berbagai kombinasi untuk mengungkapkan pikirannya (Hardjono, 1988:42).
Berdasarkan pengamatan, juga ditemukan bahwa para siswa belum dapat menulis dengan metode yang benar. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar siswa menulis dengan metode yang kurang efektif dan efisien. Hal ini ditandai dengan : (1) sebagian besar siswa masih lambat mengawali menulis, (2) menentukan tema, dan (3) merangkai dari beberapa tema.
Masalah rendahnya kompetensi menulis pada siswa tersebut perlu diberi pemecahan berupa usaha untuk meningkatkan kompetensi menulis tersebut. Namun, sebelum upaya itu dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu permasalahan utama yang menjadi kendala dalam kompetensi menulis selama ini.
Pemilihan strategi belajar mengajar harus didasarkan pada pertimbangan menempatkan siswa sebagai subjek belajar, yang tidak hanya menerima secara pasif apa yang diberikan oleh guru saja. Guru harus menempatkan siswa sebagai insan yang secara alami memiliki pengalaman, keinginan, pikiran, dan pengetahuan yang dapat berfungsi untuk belajar, baik secara individu maupun secara kelompok. Strategi yang dipilih oleh guru hendaknya yang dapat membuat siswa memiliki keyakinan dalam dirinya, mampu belajar dan memanfaatkan potensi-potensi seluas-luasnya.
Strategi pembelajaran kooperatif memberikan suatu kemungkinan guru-siswa dan antar siswa berinteraksi dalam situasi yang kondusif, strategi ini dapat mendorong siswa memanfaatkan informasi, pemikiran, pengalaman, atau gagasan yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, strategi ini dapat membantu siswa bekerja sama secara efektif untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh kelompok.
Strategi pembelajaran kooperatif memberikan solusi yang positif bagi penyelesaian persoalan yang dihadapi oleh pengajaran menulis deskripsi. Dengan strategi belajar ini diharapkan hubungan antar siswa lebih cair, kegiatan belajar siswa di dalam kelas akan lebih variatif, dan yang lebih penting pengalaman, pengetahuan dan kreatifitas siswa dapat dimaksimalkan untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.
Penelitian ini mengkhususkan pada penelitian keterampilan menulis deskripsi dengan strategi pembelajaran kooperatif, sehingga pada pembahasan selanjutnya terbatas pada keterampilan menulis deskripsi.
Dengan adanya beberapa faktor hambatan antara harapan dan kenyataan seperti yang telah dipaparkan, selanjutnya perlu dilakukan penelitian tentang strategi pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi tersebut. Pembelajaran menulis deskripsi adalah melukiskan keadaan suatu objek yang dapat berupa bentuk atau wujud sifat maupun keadaan. Dalam pembelajaran menulis deskripsi di SMKN X, pengajar belum melibatkan aktivitas siswa secara maksimal, sehingga hasil pembelajaran menulis belum memenuhi harapan. Selain itu, sikap siswa yang kurang positif dan maksimal terhadap pembelajaran ini, hal ini tampak bahwa siswa belum menunjukkan motivasi belajar yang tinggi. Selain itu faktor guru yang sering menggunakan metode ceramah, sehingga dalam pembelajaran terlihat sangat membosankan, maka diharapkan peran serta guru untuk meningkatkan kreativitasnya dalam menerapkan strategi pembelajaran.
Berpijak dari uraian di atas, penelitian tentang penerapan pembelajaran kompetensi menulis paragraf deskripsi dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa ini perlu segera dilaksanakan. Terkait dengan hal tersebut perlu diperhatikan rumusan masalahnya.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pelaksanaan kualitas pembelajaran menulis deskripsi dengan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) ?
2. Apakah penerapan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas X SMKN X?

C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan kualitas pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).
2. Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas X SMKN X dengan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yakni manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoritis, yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Manfaat teoritis lainnya adalah menambah khazanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran menulis paragraf deskripsi. Selain itu, juga mengembangkan teori pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek gambar. yang pada akhirnya menjadi pilihan strategi pembelajaran menulis deskripsi di SMKN X.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi tiga yaitu: bagi siswa, guru, dan lembaga.
a. Manfaat bagi siswa
Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Dengan mengetahui kondisi potensi siswa, mereka dapat mengukur seberapa baik kemampuan yang dimiliki sehingga diharapkan mereka mampu meningkatkannya bila dirasa masih kurang.
b. Manfaat bagi guru
Untuk memperkaya khazanah metode dan strategi dalam pembelajaran menulis, untuk dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan, agar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik, tidak membosankan, dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan menggunakan teknik objek gambar.
c. Manfaat bagi lembaga
Segi praktis yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka memajukan dan meningkatkan prestasi sekolah adalah sebagai bahan masukan atau informasi awal mengenai kondisi nyata pengajaran keterampilan menulis deskripsi di SMKN X. Melalui informasi ini, diharapkan pengelola pendidikan dapat menggunakan atau memilih model-model pembelajaran yang tepat sebagai bahan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF SISWA KELAS VIII SMPN

Posted: 14 Nov 2010 09:11 PM PST


(KODE PTK-0021X) : TESIS PTK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF SISWA KELAS VIII SMPN (MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional, kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di SMPN X belumlah menggembirakan. Setidaknya itu tercermin dalam hasil tes tengah semester dan tes akhir semester kelas VIII masih di bawah memuaskan, terutama kelas VIII A yang nilai reratanya selalu berada di bawah nilai rerata kelas lain. Ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1: Rerata Nilai Tengah Semester dan Nilai Akhir Semester Gasal Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII Tahun Pelajaran XXXX/XXXX

* Tabel sengaja tidak ditampilkan *

Data di atas menunjukkan bahwa rerata nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII A selalu berada di bawah rerata nilai kelas lain bahkan nilai rerata tersebut masih berada di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah ini yaitu 66.
Rendahnya kemampuan siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia diakui oleh guru kelas mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa di kelas ini mengalami kesulitan dalam memahami aspek kemampuan berbahasa, mengakibatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tidak berjalan secara optimal. Bahkan guru menilai proses pembelajaran masih jauh dari tujuan akhir pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.
Siswa yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia rendah pada kelas VIII A, oleh guru kelas diidentifikasikan salah satu penyebabnya adalah kurangnya kemampuan siswa dalam mengintegrasikan aspek-aspek kebahasaan yang ada seperti yang diharapkan dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 2004. Berdasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama, ada empat aspek kebahasaan yang harus dicapai nilai ketuntasan pembelajarannya. Empat aspek itu meliputi aspek: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis. Dari empat aspek kebahasaan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, ada keterkaitan yang erat antara keempat aspek tersebut.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen-komponen kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis. Keempat aspek kebahasaan ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain, ada keterkaitan yang erat antara keempat aspek tersebut (Henry Guntur Tarigan, 1994: 1).
Pendapat senada disampaikan oleh Brown dalam Joko Nurkamto yang mengatakan bahwa proses belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam praktiknya, empat kemampuan berbahasa yang ada tidak digunakan satu persatu secara terpisah tetapi digunakan secara simultan dan terpadu. Kegiatan berbicara misalnya, mengimplikasikan perlunya kegiatan menyimak, demikian juga kegiatan menulis mengimplikasikan perlunya kegiatan membaca (2000: 3)
Berdasar pada karakteristik empat aspek tersebut, proses pembelajaran dengan pendekatan integratif antaraspek kemampuan berbahasa merupakan cara yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan integratif dapat diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam Kurikulum Bahasa Indonesia adalah pendekatan integratif (Imam Syafi'ie, Mam'ur Saadie, Roekhan. 2001: 2.19)
Berdasar pada pandangan di atas, peneliti dan guru bidang studi mengadakan sharing ideas untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah lemahnya kemampuan berbahasa pada siswa kelas VIII A, sehingga kemampuan berbahasa siswa meningkat. Berdasar sharing ideas yang dilakukan ditemukan alternatif pemecahan, dalam proses belajar-mengajar guru diharapkan lebih menfokuskan pada pendekatan integratif antaraspek kemampuan berbahasa yang variatif sehingga dalam proses pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan mudah diterima oleh siswa.
Peningkatan kemampuan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII A SMPN X dapat dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu dengan memadukan antaraspek berbahasa dalam sebuah pembelajaran. Misalnya meningkatkan kemampuan menulis siswa dengan memadukan kemampuan berbahasa yang lain seperti mendengarkan dan membaca atau meningkatkan kemampuan menulis dengan memadukan kemampuan membaca dan berbicara. Pembelajaran bahasa dengan pendekatan integratif ini selain meningkatkan kemampuan menulis siswa akan mempengaruhi pula peningkatan kemampuan berbahasa lainnya. Pengintegrasian yang lain misalnya dalam mengukur kemampuan membaca siswa akan melibatkan aspek kemampuan mendengarkan, berbicara dan menulis.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dilakukan dapat dengan melalui ceramah, tanya jawab, diskusi dan inkuiri yang berhubungan dengan aspek kemampuan berbahasa. Seperti diungkapkan White (1997: 14) metode pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan audio lingualisme. Pembelajaran bahasa yang menggunakan metode ini akan menempatkan kegiatan berbicara (speaking) sebagai pembelajaran bahasa yang paling utama (speaking practice), sementara sebagai pendukung bahasa yang sudah dipraktikkan melalui berbicara diberikan membaca (reading) dan menulis (writing).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam proses pembelajaran mempunyai kebebasan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam pembelajaran bahasa secara terintegratif yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Konsep dasar dalam pembelajaran bahasa adalah guru melakukan kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam pembelajaran terpadu, agar pembelajaran efektif dan berjalan sesuai dengan harapan, ada persyaratan yang harus dimiliki, yaitu (a) kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan arahan pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan konseptual intra dan antar mata bidang studi dan (b) penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran integratif dapat dilakukan dengan dua cara, (1) yaitu pembelajaran integratif dengan cara memadukan antar aspek yang ada dalam satu bidang studi, dan (2) adalah pembelajaran integratif antar bidang studi, yaitu memadukan dua bidang studi dalam satu kajian misalnya bidang bahasa dengan sejarah, atau bidang studi lainnya. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/36/implementasi pendidikan budi pek.htm.
Integratif dalam proses pembelajaran bahasa dapat dikatakan sebagai rancangan kebijakan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran, sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah. Pendekatan integratif dalam pembelajaran bahasa ada dua macam:
(1) Integratif internal; keterkaitan yang terjadi antara bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada mata pelajaran bahasa dengan fokus menulis, kita bisa mengaitkan dengan membaca dan mendengarkan.
(2) Integratif eksternal; keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain, misalnya: bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya sedang untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai.
(http://www.scribd.com/doc/3294575/Pendekatan-terpadu-Imron-Nurdiansyah)
Sebuah proses pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak setelah dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran tersebut. Evaluasi yang paling tepat dalam menilai kemampuan berbahasa Indonesia siswa adalah evaluasi proses dengan memadukan antaraspek kebahasaan yang ada. Evaluasi proses merupakan evaluasi sulit dan membutuhkan kegiatan ekstra dari guru bidang studi. Jumlah siswa yang banyak dan karakter yang berbeda pula menjadi kendala dalam pelaksanaan evaluasi ini bagi seorang guru. Kendala-kendala apa saja yang akan dihadapi guru dalam melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam melakukan peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia dengan pendekatan integratif akan terlihat dalam pelaksanaan tindakan kelas nanti.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif guna meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX?
2. Apakah penerapan pendekatan integratif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX ?


C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menanamkan konsep-konsep tentang pembelajaran bahasa Indonesia dengan melakukan pendekatan integratif dan mendeskripsikan tentang peningkatan kemampuan menulis siswa kelas VIII A dengan pendekatan integratif yang dilakukan dalam proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif guna meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX?
2. Meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN X tahun pelajaran XXXX/XXXX ?

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam peningkatan mutu pendidikan.
Manfaat teoritis, dalam penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang kebahasaan. Penelitian ini khusus mengkaji tentang kemampuan berbahasa Indonesia siswa dengan mengambil setting SMPN X.
Manfaat praktis, bahwa penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada guru dan siswa. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Guru
Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif.
2. Siswa
Meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan integratif.

Related Post: