download makalah, skripsi, tesis dll. download makalah, skripsi, tesis dll.

download makalah, skripsi, tesis dll.

download makalah, skripsi, tesis dll.


SKRIPSI PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH

Posted: 20 Jan 2011 01:49 PM PST


(KODE PRTANIAN-0001) : SKRIPSI PERANAN KELOMPOK TANI DALAM PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Pembangunan seringkali diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik. Seperti diketahui sektor pertanian di Indonesia dianggap penting. Hal ini terlihat dari peranan sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyumbang devisa negara malalui ekspor dan sebagainya. Oleh karena itu wajar kalau biaya pembangunan untuk sektor pertanian ini selalu tiga besar diantara sektor-sektor yang lain (Soekartawi,1993).
Menjelang abad ke-21, di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, terjadi suatu perubahan paradigma pembangunan secara drastis. Pada masa-masa awal sesudah memperoleh kemerdekaannya, paradigma pembangunan yang dominan di negara-negara tersebut adalah industrialisasi. Selain diharapkan dapat mengangkat harkat hidup penduduk di negara-negara yang sedang berkembang, secara politis industrialisasi juga akan menyejajarkan kedudukan negara-negara tersebut dengan negara-negara Barat, yang sebagian besar adalah negara-negara yang pernah menjajah mereka. Akibat dominasi dari paradigma industrialisasi dalam proses pembangunan, maka pembangunan sektor pertanian relatif ditelantarkan. Bahkan ada anggapan bahwa indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah mengecilnya sumbangan sektor pertanian pada total pendapatan negara. Sebaliknya, apabila jumlah kontribusi sektor pertanian pada pendapatan nasional tetap tinggi, maka negara tersebut tetap dianggap sebagai negara yang terbelakang (Soetrisno, 2006).
Namun, tidak demikian dengan sektor pertanian, sektor pertanian dalam menghadapi krisis menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir dari para perencana pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang. Jika semula industrialisasi diandalkan sebagai suatu model pembangunan yang akan mampu memecahkan masalah keterbelakangan negara yang sedang berkembang, setelah krisis menimpa negara-negara tersebut, pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru dalam pembangunan di negara dunia ketiga (Soetrisno,2006).
Peran sektor pertanian yang merupakan dasar bagi kelangsungan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diharapkan mampu memberikan pemecahan permasalahan bagi bangsa Indonesia. Karena sektor pertanian mempunyai 4 fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa yaitu :
1. Mencukupi pangan dalam negeri
2. Penyediaan lapangan kerja dan berusaha
3. Penyediaan bahan baku untuk industri, dan
4. Sebagai penghasil devisa bagi negara
Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam fungsi sektor pertanian di dalam pembangunan nasional dan kemampuan sektor tersebut untuk bersaing pada abad yang akan datang. Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, dengan pendapatan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Perbedaan tersebut berkaitan erat dengan produktifitas para petani Indonesia, yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani dan sebagainya.
Selama dasawarsa 1950an, masalah dasar yang dihadapi oleh pertanian rakyat di Indonesia tetap saja memproduksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang meningkat pesat. Produksi padi/gabah pada tahun 1951 di Jawa dan Madura diperkirakan 6,5 ton dengan hasil rata-rata 2,2 ton/hektar. Total produksi padi di Indonesia diperkirakan sekitar 10 juta ton. Banyak program dan kebijakan yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan produksi padi/gabah, diantaranya program Bimas Gotong Royong. Namun pada tahunl986 Indonesia mencapai swasembada beras oleh karena keberhasilan adopsi varietas unggul berproduksi tinggi dan penggunaan pupuk yang lebih banyak (Oudejans, 2006).
Petani memainkan peranan sebagai inti dalam pembangunan pertanian. Petanilah yang memelihara tanaman dan menentukan bagaimana usaha taninya harus dimanfaatkan. Petanilah yang harus mempelajari dan menerapkan metoda-metoda baru yang diperlukan untuk membuat usaha taninya lebih produktif. (Mosher, 1985).
Sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Ada kemungkinan pengetahuan mereka berdasarkan kepada informasi yang keliru karena kurangnya pengalaman, pendidikan atau faktor budaya lainnya. Disini diperlukan peran penyuluhan untuk meniadakan hambatan tersebut dengan cara menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang dihadapi.
Metode penyuluhan yang lebih menguntungkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan petani adalah metode kelompok karena ada umpan balik yang memungkinkan pengurangan salah pengertian antara penyuluh dan petani. Interaksi ini memberi kesempatan untuk bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggota kelompok (Van Den Ban, 2003).
Ide membuat suatu kelompok berasal dari kenyataan bahwa setiap individu tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan seorang diri. Individu terutama dalam masyarakat modern, merasa kurang mampu, kurang tenaga, kurang waktu dan tidak berdaya bila harus memenuhi sendiri kebutuhan dasar atas makanan, naungan dan keselamatan. Bekerja bersama dalam kelompok adalah lebih murah dari pada kunjungan individu. Penyuluh pembangunan (PP) jelas terbatas yang berarti bekerjasama dengan kelompok adalah lebih rendah biayanya. Alasan terbentuknya suatu kelompok adalah oleh karena beberapa orang mempunyai persoalan yang sama (Rusdi, 1999).
Pendekatan pengembangan kelompok bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebutuhannya. Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah terbiasa bekerja berkelompok dengan bentuk yang sesuai dengan budaya dan kondisi lokal yang ada. Dari sisi masyarakat, dengan berkelompok akan lebih mudah mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dibandingkan dengan bekerja sendiri. Kelompok merupakan wadah belajar bersama dimana masyarakat bisa saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. Selain itu kelompok membangun solidaritas sesama warga desa. Pengembangan kelompok merupakan serangkaian proses kegiatan memampukan/memberdayakan kumpulan anggota masyarakat yang mempunyai tujuan bersama (Kartasapoetra, 1991).
Sasaran pengembangan kelompok adalah siapa saja yang berminat terutama mereka yang kerapkali terabaikan, seperti kelompok masyarakat yang miskin, kaum perempuan, mereka yang berpendidikan rendah, dan juga mereka yang cacat serta kelompok lainnya. Mereka yang terabaikan merupakan bagian dari masyarakat, mereka juga mempunyai potensi dalam memecahkan permasalahan yang ada. Setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi dalam pengembangan kelompok dengan segala potensi dan keterbatasan yang mereka miliki (Sastraatmadja, 1993).
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Selain itu pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usaha tani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya (Dinas Pertanian Kota X, 2008).
Sejak dulu, diantara tanaman bahan makanan, padi merupakan tanaman utama para petani Indonesia. Padi dapat ditanam di lahan kering (up-land) maupun lahan basah atau biasa disebut sawah (wet-land). Sawah berperan dominan dalam produksi padi karena pada umumnya padi memang ditanam di lahan jenis ini. Peningkatan produksi padi bermula pada awal dan berlangsungnya Pelita I, terutama hingga tingkatan swasembada. Usaha peningkatan produksi padi tersebut berkat usaha bimbingan teknis oleh pemerintah kepada para petani secara serius, juga didukung oleh perbaikan infrastruktur secara fisik (jalan desa dan irigasi) maupun prasarana ekonominya. Beras dianggap sebagai komoditi strategis yang dominan dalam ekonmi Indonesia karena beras merupakan makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia. Kebutuhan beras setiap tahun bertambah sesuai pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dan juga karena kebutuhan per kapita meningkat. Meningkatnya kebutuhan per kapita disebabkan oleh beralihnya penduduk bukan pemakan beras menjadi pemakan beras sebagai makanan pokoknya (Adiratma Roekasah, 2004).
Tren naik dan turunnya produksi padi sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu luas panen dan produktifitas, dimana produksi merupakan hasil perkalian antara luas panen dengan produktifitas dalam suatu musim tanam atau periode tertentu. Petani di Kecamatan X pada umumnya adalah petani tanaman pangan khususnya tanaman padi sawah. Berdasarkan sensus pertanian diketahui produksi padi sawah di kecamatan tersebut masih rendah (7.871 ton) dengan luas lahan 1.537 Ha meskipun di daerah tersebut sudah ada kelompok tani. Berikut adalah luas lahan sawah dan rata-rata produksi padi di Kecamatan X:

** tabel sengaja tidak ditampilkan **

Kecamatan X terdiri dari 30 desa, dimana ada beberapa desa yang Luas Lahan padi sawah kurang dari 10 Ha dengan produksi rata-rata 2 ton/ha. Hal ini disebabkan karena beberapa desa tersebut menanam tanaman perkebunan dan juga karena beberapa desa ada yang irigasinya sudah tidak baik lagi sehingga petani terpaksa tidak menanam padi sawah.
Sementara beberapa desa lainnya memiliki luas lahan 70 ha dengan produksi 5 ton/ha. Desa Y luas lahan 100 ha dengan produksi sekitar 6 ton/ha. Desa Z luas lahan 70 ha dengan produksi sekitar 4,5 ton/ha. Desa X luas lahan 70 ha dengan produksi sekitar 5 ton/ha. Berdasarkan hasil sensus tersebut peneliti terdorong untuk mengetahui sudah sejauh mana peranan kelompok tani dalam peningkatan ststus sosial ekonomi petani padi sawah khususnya di desa X Kecamatan X maka perlu diadakan penelitian secara ilmiah.

B. Identifikasi Masalah
Masalah yang perlu diteliti adalah 1) kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam peningkatan status sosial ekonomi petani, 2) perbedaan tingkat kosmopolitan, perbedaan tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, 3) perbedaan produktifitas petani, perbedaan pendapatan petani, 4) perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani X selama 3 tahun terakhir, 5) kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah diatas.

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui 1) kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam peningkatan status sosial ekonomi petani, 2) menganalisis perbedaan tingkat kosmopolitan, tingkat adopsi teknologi padi sawah petani, produktifitas petani, pendapatan petani, serta perbedaan perubahan pola konsumsi petani sebelum dan sesudah menjadi anggota kelompok tani X, 3) mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha tani serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut.

D. Kegunaan Penelitian
1) Sebagai bahan masukan bagi Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam membuat program penyuluhan pertanian untuk meningkatkan status sosial ekonomi petani.
2) Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3) Sebagai bahan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas X.

SKRIPSI PENGARUH PROMOSI DAN MUTU PRODUK TERHADAP POSITIONING PRODUK (STUDI KASUS PADA PRODUK GSM SIMPATI) PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR

Posted: 20 Jan 2011 01:48 PM PST


(KODE T-INDSTR-0001) : SKRIPSI PENGARUH PROMOSI DAN MUTU PRODUK TERHADAP POSITIONING PRODUK (STUDI KASUS PADA PRODUK GSM SIMPATI) PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR




BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan teknologi saat ini menjadikan bisnis telekomunikasi menjadi suatu hal yang sangat menguntungkan. Hal ini menyebabkan persaingan yang begitu ketat antara provider-provider yang ada. Provider-provider tersebut harus melakukan sebuah strategi untuk tetap eksis dalam kancah persaingan yang terbentuk. ,
PT. Telekomunikasi Selular yang bergerak sebagai salah satu provider Global System for Mobile Communication (GSM) lewat produk Simpatinya terus beranjak. Berbagai promosi dilancarkan dan kualitas produk yang terus ditingkatkan ternyata mampu memberikan hasil positif dengan adanya peningkatan jumlah pelanggan yang cukup meyakinkan setiap tahunnya.
Promosi dan mutu produk merupakan pilihan utama untuk mendekatkan perusahaan dengan keinginan pelanggan yang sesungguhnya, meningkatkan loyalitas produsen kepada konsumen serta meningkatkan penjualannya. Sesuai dengan pengertiannya promosi yang merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan pemasaran suatu produk. Promosi adalah suatu kegiatan bidang pemasaran yang merupakan upaya komunikasi yang dilaksanakan perusahaan kepada pembeli atau konsumen yang memuat pemberitaan (information), membujuk (persuasion), dan mempengaruhi (influence). Segala kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan" (J. Setiadi,2003:235). Pilihan kedua dari perusahaan yaitu menerapkan mutu produk yang sesuai dengan ketetapan perusahaan dan sesuai dengan keinginan konsumen. Pengambilan keputusan tersebut dikuatkan dengan pengertian mutu produk merupakan sesuatu yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 1997:5). Dari pilihan utama tersebut terdapat keinginan perusahaan untuk memposisikan produknya (positioning produk) yang pada akhirnya berimbas kepada meningkatkan volume penjualan perusahaan.
Menurut Charty (2001:327), penjualan merupakan penyaluran produk yang dihasilkan perusahaan kepada pasar baik konsumsi maupun produksi tergantung pada jenis produk yang dihasilkan perusahaan agar diperoleh keuntungan-keuntungan dari proses produksi. Besar kecilnya volume penjualan ditentukan oleh seberapa jauh usaha-usaha serta kegiatan yang dilakukan, dimana para konsumen akan mempertimbangkan serta memberi penilaian terhadap kualitas, harga beli serta kekuatan. Sementara itu pihak produsen itu sendiri di samping memberi penilaian dan peraturan yang sama juga memperhatikan promosi penjualan dan mutu produk yang diterapkan perusahaan.
Promosi dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Selular untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan kepada para pelanggan. Mutu produk yang terus ditingkatkan guna memperoleh volume penjualan yang tinggi serta didapatkannya kepuasan pelanggan setelah penggunaan produk mereka.
PT. Telekomunikasi Selular yang tersebar di seluruh daerah Indonesia menerapkan promosi dan mutu produk yang ditetapkan dari pusat. Untuk meningkatkan penjualannya, salah satu usaha yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Selular X adalah meningkatkan promosi dan mutu produk yang dimilikinya sehingga positioning produk Simpati akan semakin bagus di pasar persaingan. Dengan demikian peningkatan volume penjualan akan sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak perusahaan.
Setelah melakukan pengamatan (survey awal), penulis mengamati bahwa adanya permasalahan seberapa besar pengaruh promosi dan mutu produk terhadap keberhasilan positioning produk, mengingat promosi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kompetitor sangat signifikan. Misalnya Indosat dengan produk IM3nya menerapkan tarif promosi Rp. 0,01/detik mampu meningkatkan pelanggannya sampai September tahun 2008 sebesar 61% dari 22.026.590 menjadi 35.473.336 pelanggan bila dibandingkan September tahun 2007. PT. Excelcomindo Pratama dengan tarif promosi gratis menelpon selama 17 jam atau SMS Rp 9/SMS serta dengan menggunakan ikon artis terkenal mampu meningkatkan jumlah pelanggannya sampai September tahun 2008 sebesar 96,1% dari 12.800.000 menjadi 25.100.000 pelanggan bila dibandingkan September tahun 2007. PT. Telkomsel sendiri hanya mampu meningkatkan pelanggannya sebesar 36% dari 44.050.000 menjadi 60.050.000 pelanggan dengan promosi tarif Simpati PeDe (detikinet.com).
Dari segi mutu produk, Indosat terus memperbaiki layanannya dengan penambahan pemancar telekomunikasinya (BTS), hingga menjelang September 2008 mereka memiliki 20.100 BTS. PT. Excelcomindo Pratama sampai September 2008 telah memiliki 15.111 BTS. PT. Telkomsel sendiri pada tahun 2008 berencana menambah sebanyak 5000 BTS sehingga pada akhir tahun 2008 mereka memiliki 25.000 unit BTS (detikinet.com).
Berdasarkan data-data di atas memberikan gambaran bahwa terjadinya persaingan yang ketat antara provider-provider GSM yang ada di Indonesia. Belum lagi ditambah dengan kehadiran provider-provider baru seperti AXIS, 3, dan Iain-lain. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya (Novita Dewi: 2008). Promosi dan mutu produk adalah cara untuk memperbaiki Positioning produk di pasar persaingan. Positioning produk yang baik akhirnya akan memberikan efek positif terhadap loyalitas konsumen dan peningkatan laba perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis memilih judul "Pengaruh Promosi dan Mutu Produk Terhadap Positioning Produk (Studi Kasus pada Produk Global System for Mobile Communication (GSM) Simpati) PT. Telekomunikasi Selular X".

1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang permasalahan, maka penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengungkapkan permasalahan yang ada. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah "Seberapa besar pengaruh promosi dan mutu produk terhadap keberhasilan positioning produk (Studi Kasus pada Produk Global System for Mobile Communication (GSM) Simpati) PT. Telekomunikasi Selular X".

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor promosi, mutu produk terhadap positioning produk, sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan promosi dan menerapkan sistem mutu terhadap produk mereka. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui pengaruh promosi terhadap positioning produk di pasar.
2. Untuk mengetahui pengaruh mutu produk terhadap positioning produk di pasar.
3. Untuk mengetahui pengaruh promosi dan mutu produk terhadap positioning produk di pasar.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Sebagai bahan informasi bagi PT. Telekomunikasi Selular X dalam memposisikan produknya (positioning produk) dengan adanya promosi yang terencana serta mutu produk yang mempunyai daya saing.
2. Penelitian ini merupakan suatu kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori dan literatur yang penulis peroleh dari bangku kuliah kemudian memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan penulis.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan guna melihat seberapa besar pengaruh positioning produk dalam peningkatan volume penjualan.

1.5. Batasan Masalah
Untuk memperjelas serta membatasi ruang lingkup permasalahan sehingga menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis merasa perlu membuat batasan masalah yaitu:
1 Penelitian ini hanya menganalisis faktor promosi dan mutu produk terhadap positioning produk (Kasus pada Produk (GSM) Simpati).
2. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa Universitas X yang menggunakan produk GSM Simpati.
3. Lokasi penelitian adalah di lingkungan kampus Universitas X.
4. Waktu penelitian adalah pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Desember 2008.

1.6. Asumsi-asumsi
Adapun asumsi yang digunakan adalah :
1. Semua responden yang dilibatkan dalam pengambilan data memiliki pengetahuan yang baik mengenai fungsi dan kegunaan teknologi berbasis GSM.
2. Seluruh pertanyaan pada kuesioner akhir dianggap valid setelah dilakukan pengujian validitas dan reabilitas serta perbaikan penulisan redaksi pada pertanyaan yang tidak valid. Perbaikan penulisan redaksi bertujuan untuk memperjelas maksud dari pertanyaan tersebut.

1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I-PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini dan masalah-masalah yang terkait dengan perusahaan, permasalahan dalam penelitian, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, batasan-batasannya, dan sistematika yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB II-GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan manajemen dan mang lingkup kegiatan usaha.
BAB III-LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang mendasari penelitian ini yang berasal dari berbagai sumber. Teori-teori inilah yang digunakan dalam menentukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan, juga digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisis perhitungan hubungan antara variabel-variabel yang diukur meliputi variabel promosi, mutu, dan volume penjualan.
BAB IV-METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan metodologi penelitian yang dipakai sebagai kerangka pemecahan masalah secara sistematis dalam penelitian yang akan dilakukan.
BAB V-PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data yang dibutuhkan untuk penelitian, yaitu data-data yang terkait dengan variabel promosi, mutu, dan volume penjualan.
BAB VI-ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dilakukan analisa terhadap hasil-hasil pengolahan data yang telah dilakukan yaitu hubungan antara variabel-variabel yang diukur meliputi variabel promosi, mutu, dan positioning produk.
BAB VII-KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didapatkan dari penelitian ini ditambah dengan saran-saran dalam rangka perbaikan dan untuk penelitianya lebih lanjut.

SKRIPSI PENGARUH PROFITABILITY DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SETTERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Posted: 20 Jan 2011 01:46 PM PST


(KODE EKONMANJ-0051) : SKRIPSI PENGARUH PROFITABILITY DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SETTERHADAP DIVIDEN KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan memiliki tujuan serta sasaran tertentu yang berlainan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat diukur dari harga saham perusahaan yang bersangkutan. Untuk mendukung tujuan tersebut, perusahaan harus melakukan beberapa kebijakan. Salah satu kebijakan penting yang harus dilaksanakan manajemen dalam menyeimbangkan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham adalah kebijakan dividen.
Kebijakan dividen merupakan keputusan tentang laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan oleh perusahaan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2001:281). Bagi para pemegang saham, dividen merupakan tingkat pengembalian dari investasi mereka berupa kepemilikan saham perusahaan tersebut. Sedangkan bagi pihak manajemen, dividen merupakan arus kas keluar yang akan mengurangi kas perusahaan.
Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah dividen kas. Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil dari tahun ke tahun karena dengan stabilitas dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Pembayaran dividen dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya ke dalam
perusahaan. Dividen kas adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang (Sundjaja dan Barlian, 2002:380).
Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2006). Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Perusahaan harus bisa membuat sebuah kebijakan yang optimal. Kebijakan yang diambil harus bisa memenuhi keinginan kedua belah pihak dimana perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana, sedangkan pihak investasi memperoleh apa yang diinginkan, sehingga investor tidak mengalihkan investasinya ke perusahaan lain.
Pada umumnya, pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi kewajiban dan melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah dividen yang akan dibayarkan menjadi relatif kecil. Sementara itu, di pihak pemegang saham tentu saja menginginkan jumlah dividen kas yang tinggi sebagai hasil dari modal yang mereka investasikan. Kondisi seperti inilah yang dipandang agency theory sebagai konflik antara manajer dan investor ketika kedua kelompok saling berbeda (Keown, et al 2000:617).
Profitability (vroftXabWitdis) adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Perusahaan
yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Brigham dan Houston, 2006:108).
Investment Opportunity Set (IOS) diperkenalkan pertama kali oleh Myers pada tahun 1977. Nilai perusahaan dipengaruhi yaitu dua hal yaitu aset yang saat ini telah ditempatkan dan opsi untuk investasi di masa depan. IOS lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan. IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru sehingga tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang juga meningkat dimana perusahaan yang bertumbuh cenderung membayarkan dividen lebih rendah.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam sehingga banyak komoditi yang dapat diproduksi mendukung banyak perusahaan yang berkembang di sektor manufaktur. Oleh karena itu, investasi pada sektor manufaktur cukup menjanjikan di Indonesia. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 140 perusahaan dari 323 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta
perusahaan manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan. Perusahaan manufaktur merupakan sektor yang cukup berprospek untuk kegiatan berinvestasi karena harga saham perusahaan manufaktur stabil bahkan bergerak naik pada tahun 2009. Hal tersebut terlihat dari grafik kinerja indeks manufaktur dari tahun 2005 sampai dengan 2009 sebagai berikut:

** gambar sengaja tidak ditampilkan **

Sumber : www, duniainvestasi. com (20 April 2010)
Grafik 1.1 menunjukkan pergerakan indeks manufaktur mulai periode Januari 2005 sampai Desember 2009. Indeks manufaktur bergerak selalu mengalami perubahan (ada kenaikan dan penurunan) dari periode Januari 2005 sampai Desember 2008 tetapi pada bulan Januari 2009 bergerak naik terus sampai dengan Desember 2009. Pada saat krisis ekonomi global 2008 terjadi, indeks manufaktur sempat berada pada posisi 387,733 pada awal Januari 2008 dan juga sempat jatuh ke level terendah saat itu di level 211,583 di bulan Oktober 2008.
Saat ini indeks manufaktur berangsur-angsur kembali menanjak hampir mencapai puncak (naik) pada Desember 2009 yaitu di level 557,665.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia"

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

C. Kerangka Konseptual
Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2001: 281). Perusahaan harus bisa membuat sebuah kebijakan yang optimal. Kebijakan yang diambil harus bisa memenuhi keinginan kedua belah pihak dimana perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana, sedangkan pihak investasi memperoleh apa yang diinginkan, sehingga investor tidak mengalihkan investasinya ke perusahaan lain.
Profitabilitas mempakan tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasinya. Profitabilitas yang tinggi menggambarkan keuntungan perusahaan yang meningkat yang berarti perusahaan mampu untuk membayar dividen atau bahkan dividen yang dibayarkan juga meningkat. Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk membayar dividen mempakan fungsi dari keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2006) menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara profitabilitas dan kebijakan dividen, namun Investment Opportunity Set menunjukkan kebalikannya yaitu adanya pengaruh negatif antara Investment Opportunity Set dengan kebijakan dividen.
Set kesempatan investasi {Investment Opportunity Set) mempakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Apabila suatu perusahaan memiliki set kesempatan investasi yang tinggi, hal ini berarti aliran kas bebas dalam perusahaan atau laba yang dihasilkan sebagain besar akan
digunakan untuk mendanai investasi yang menguntungkan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi jumlah dividen yang akan diterima pemegang saham. Subekti dan Indra (2001) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara IOS dengan realisasi perusahaan bertumbuh signifikan positif.
Profitabilitas akan diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sedangkan Investment Opportunity Set (IOS) yang digunakan adalah proksi berdasarkan harga yaitu Market to Book Value of Assets (MVA/BVA). Proksi berdasarkan investasi yaitu Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan proksi berdasarkan varians yaitu Variance of Total Return (VARRET). Proksi ini digunakan karena diketahui signifikan sebagai proksi kesempatan tumbuh oleh penelitian terdahulu (Erlina, 2007:15).
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang dipakai adalah:

** gambar sengaja tidak ditampilkan **

D. Hipotesis
Hipotesis di dalam penelitian ini adalah:
1. Profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2. Profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan didalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara bersama-sama terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara parsial terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat didalam penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan Manufaktur (Emiten)
Diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan terutama dalam bentuk dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Investor
Dapat digunakan oleh investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian berupa dividen kas di suatu perusahaan khususnya di masa depan.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta pola pikir tentang pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

SKRIPSI PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT TELKOM REGIONAL X BIDANG CUSTOMER CARE

Posted: 20 Jan 2011 01:38 PM PST


(KODE EKONMANJ-0050) : SKRIPSI PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT TELKOM REGIONAL X BIDANG CUSTOMER CARE




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Semangat kerja adalah menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam perusahaan.Dalam perusahaan karyawan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting. Karyawan berfungsi sebagai pelaksana dalam mencapai tujuan perusahaan, bahkan fasilitas kerja yang berupa mesin-mesin atau peralatan canggih pun memerlukan tenaga kerja sebagai operatornya. Dengan menggunakan berbagai fasilitas kerja tersebut, karyawan dapat melakukan setiap pekerjaan dengan lebih baik untuk meningkatkan semangat kerja. Semangat kerja karyawan dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan, dan produktivitas. Semangat kerja yang tinggi dapat di dukung oleh komunikasi yang baik, bagaimana karyawan berinteraksi, menyampaikan informasi, betukar gagasan, baik antara atasan ke bawahan maupun sebaliknya, antara karyawan dengan karyawan, maupun karyawan pada satu bagian ke bagian lainnya.
Proses komunikasi adalah pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari satu orang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan tetapi juga, ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya (Wiryanto 2004 : 9) Proses komuniasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi.
Dari pembahasan di atas tersebut terlihat jelas bahwa komunikasi dalam organisai merupakan salah satu unsur yang sangat penting demi terciptanya tujuan perusahaan. Komunikasi dalam organisasi atau disebut juga komunikasi manajemen meliputi dua bagian berdasarkan tempat di mana khalayak sasaran berada, yaitu Komunikasi Internal (Internal Communication) untuk khalayak anggota organisasi dan Komunikasi Eksternal (External Communication) untuk khalayak di luar anggota organisasi.
Komunikasi Internal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan para pegawai secara timbal balik. Komunikasi internal terbagi dalam tiga kegiatan Komunikasi Vertikal, yaitu komunikasi secara timbal balik (two way traffic communication) dari atas (pimpinan/manajer) ke bawah (karyawan/pegawai) disebut Upper Communication/Downward Communication, dan komunikasi dari bawah (karyawan/pegawai) ke atas (pimpinan/manajer) disebut Down Up Communication/Upward Communication. Dalam proses komunikasi vertical secara Upper Communication/Downward Communication tersebut pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, pengarahan, informasi, penjelasan, teguran, dan Iain-lain pada bawahan. Dalam proses komunikasi vertical secara Down Up Communication/Upward Communication tersebut bawahan memberikan laporan, gagasan, usul/saran kepada pemimpin arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi sangat penting sekali. Pimpinan harus mengetahui laporan, tanggapan, gagasan, atau saran dari bawahan sebagai petunjuk efektif tidaknya dan effisien tidaknya kebijakan yang telah dilakukan. Oleh karena itu jika komunikasi hanya satu arah saja dari pimpinan ke bawahan maka proses manajemen dalam organisasi besar kemungkinan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh pegawai, atau juga dapat dilakukan secara berjenjang melalui kepala biro, bagian, sub bagian, seksi, dan sub seksi. Komunikasi vertikal yang timbal balik dua arah merupakan pencerminan dari kepemimpinan demokratis (democratic leadership) suatu jenis kepemimpinan yang sementera ini dianggap yang paling baik diantara kepemimpinan lainnya.
Komunikasi Horisontal adalah komunikasi secara mendatar diantara pegawai dalam suatu unit atau antara anggota staf dengan anggota staf lainnya. Kalau dalam komunikasi vertical lebih bersifat formal, maka dalam komunikasi horizontal seringkali berlangsung dalam suasana tidak formal. Sering tampak dilakukan dalam waktu istirahat, sedang dalam perjalanan pulang, atau waktu rekreasi. Yang dibicarakan lebih banyak hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan. Gravevenis mengenai kebijakan pimpinan sering muncul dalam disini, dan kadang tidak mempunyai dasar sama sekali. Maka dalam hal ini tugas seorang Public Relation Officer (Kepala Humas) untuk meluruskan, menetralisisr atau mengkanalisasi interpretasi yang salah untuk menempatkan pada proporsi sebenarnya.
Komunikasi Diagonal atau komunikasi silang (cross communication) adalah komunikasi dalam organisasi antara seseorang dengan lainya yang satu sama lain berbeda dalam kedudukan unitnya. Komunikasi diagonal tidak menunjukkan kekakuan sebagaimana dalam komunikasi vertikal, tetapi tidak juga menunjukkan keakraban sebagaimana dalam komunikasi horizontal. Di lain hal komunikasi diagonal kadang terjadi menyimpang dari jalur prosedur birokrasi, misal seorang pegawai suatu unit mengeluhkan masalah pekerjaan kepada kepala unit lain. Hal ini termasuk dalam miss communication dan jika diketahui oleh pimpinan unitnya maka mungkin akan terjadi benturan psikologis.
Komunikasi Eksternal adalah komunikasi antara pimpinan atau pejabat lain yang mewakilinya (humas) dengan khalayak atau publik di luar organisasi. Yang termasuk khalayak di luar organisasi meliputi : khalayak sekitar (community), instansi pemerintah (government), Pers, dan pelanggan (customer). Komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur yang berlangsung secara timbal balik, yaitu : Komunikasi dari organisasi ke khalayak, pada umumnya bersifat informatif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak/publik merasa terlibat atau sedikitnya terjadi hubungan batin. Bagi suatu perusahaan komunikasi booking bersifat informative semata tetapi juga bersifat persuasive dalam bentuk pnjualan iklan komersial (commercial advertisement) Komunikasi dari khalayak ke oraganisasi, yaitu merupakan proses umpan balik (feedback) yang disebut sebagai public opinion (opini publik).
Dan semua proses komunikasi yang ada di harapkan dapat mendukung peningkatan semangat kerja karyawan di perusahaan. Artinya, dengan komunikasi yang efektif, dapat menigkatkan produktivitas karyawan, tingkat kehadiran, kedisiplinan, dan ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan.maka dengan demikian terdapat hubungan komunikasi dan semangat kerja karyawan pada perusahaan. Semakin baik dan efektifnya komunikasi pada suatu perusahaan maka semakin tinggi semangat kerja pada perusahaan tersebut.
PT. Telekomunikasi Tbk (TELKOM) Regional X Bidang Customer care merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider), yang terbesar di Indonesia. Salah satu lembaga yang memenuhi kebutuhan komunikasi dalam rangka meningkatkan semangat kerja agar terciptanya karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. . Dengan adanya fasilitas komunikasi yang baik antar karyawan dan juga dengan atasan maka kerjasama antar karyawan dan atasan akan solid. Customer care yang kegiatannya berhubungan langsung pada pelanggan melakukan proses komunikasi eksternal dan Customer care bertujuan memberikan pelayanaan terbaik kepada pelanggan, sehingga perusahahan dapat dipercayai oleh pelanggan, hal ini akan memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Customer care memberikan pelayanan serta menyediakan media yang merupakan penghubung komunikasi di antara setiap orang seperti telepon, telkomnet instant, flexy, speedy. Yang semuanya di sediakan untuk menciptakan hubungan komunikasi yang baik dan mengetahui dunia luar dengan mengakses internet dengan menggunakan speedy. Dalam rangka menyediakan alat-alat komunikasi masih terdapat masalah-masalah komunikasi. Baik dari komunikator (pengirim pesan), si penerima pesan, intelektual atau hambatan yang berhubungan dengan tingkat kemampuan pengetahuan, media dan jaringan adalah merupakan masalah yang terbesar. Dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

** tabel sengaja tidak ditampilkan **

Dari tabel 1 terlihat begitu banyak keluhan dari pelanggan dari bulan Jan sampai Des, tetapi di bulan agustus terjadi peningkatan keluhan yang sangat tinggi terutama di speedy yaitu masalah jaringan, proses (download) lambat dan menurun dari kecepatan 50.xx kb/sec langsung turun menjadi 4.xx kb/sec, sering terjadi pemuntusan tiba-tiba (Disconnected), info speedy (pengembalian paket speedy, pemberhentian, pemasangan baru, kelebihan kuota dari paket yang sudah di ambil).
Sedangkan keluhan tentang telepon rumah adalah kerusakan telepon,gangguan telepon. Dan flexi adalah pengakitifan flexi combo (dapat menggunakan flexi di luar kota asal) dan penonaktifan flexi combo dan masalah jaringan yang kurang baik. Berdasarkan keluhan pelanggan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh komunikasi terhadap semangat kerja karyawan "PT.Telkom Regional X Bidang Customer Care Medan"

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah komunikasi berpengaruh/signifikan terhadap semangat kerja karyawan PT. Telkom Regional X Bidang Customer Care ?".

C. Kerangka Konseptual
Menurut Siagian (2003:57), bahwa semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat dilihat dari Tingkat kehadiran, Disiplin kerja, Produktivitas dan ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan.
Menurut Purwanto (2003:13), komunikasi adalah omunikasi bisnis sebagai ilmu yang mempelajari cara penggunaan adaptasi dan kreasi dari unsur bahasa, simbol, dan tanda-tanda yang ada untuk melakukan kegiatan pemuas keinginan dan kebutuhan manusia dengan menyediakan barang dan jasa dengan tujuan akhir mendapatkan profit, mencakup berbagai bentuk komunikasi baik secara verbal maupun non-verbal.
a. Komunikasi Vertikal : Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah, Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah.
b. Komunikasi Horizontal adalah Komunikasi diantara anggota dalam kelompok kerja yang sama.
c. Komunikasi Diagonal adalah komunikasi yang memotong secara menyilang (diagonal) rantai perintah organisasi.
Hubungan komunikasi dengan semangat kerja sangat secara sederhana dapat dideskripsikan bahwa, semakin baik komunikasi maka akan semakin tinggi semangat kerja karyawan pada perusahaan. Dengan bantuan komunikasi, perkerjaan karyawan dalam perusahaan akan meningkat dalam arti dengan semangat kerja yang tinggi karyawan lebih semangat dalam menyelesaikan tugas dan perkerjaan
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merumuskan kerangka konseptual sebgai berikut:

** gambar sengaja tidak ditampilkan **
Sumber : Purwanto (2003), dan Siagian (2003:57) data diolah.

D. Hipotesis
Mengacu kepada perumusan masalah, hipotesis penelitian ini adalah: "Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan PT. Telkom Regional X Bidang Customer Care ?"

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi terhadap semangat kerja karyawan PT.Telkom Regional X Bidang Customer Care.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini:
Bagi penulis, sebagai usaha untuk mendalami masalah yang berkaitan dengan sistem komunikasi dan semangat kerja karyawan sebagai kajian dalam bidang manajemen sumber daya manusia.
b. Bagi perusahaan yang diteliti, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan, terutama mengenai sistem komunikasi.
c. Bagi peneliti lain sebagai bahan referensi untuk penelitain tentang objek yang sama di masa mendatang.

F. Metodologi Penelitian.
1. Batasan dan identisifikasi variabel penelitian
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel independen (X), yaitu komunikasi
Penelitian ini dibatasi pada komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
b. Variabel dependen(Y), yaitu semangat kerja karyawan.
2. Definisi Operasional Variabel
Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi, maka diperlukan definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut yaitu:
a. Variabel Independen (X): komunikasi
Menurut Wiryanto (2004:9), komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan tetapi juga, ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya.
b. Variabel Dependen (Y): Semangat Kerja
Semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam perusahaan. Semangat kerja karyawan dapat dilihat dari Tingkat kehadiran, Disiplin kerja, Produktivitas dan ketepatan waktu.
3. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan untuk menyatakan tanggapan responden terhadap setiap instrument adalah dengan menggunakan skala Likert dengan 5 (lima) alternatif jawaban. Urutan skala penelitian dari masing-masing item indikator variabel tersebut, sebagai berikut:
Sangat setuju (SS) : Skor 5
Setuju (S) : Skor 4
Netral (N) : Skor 3
Tidak setuju (TS) : Skor 2
Sangat tidak setuju (STS) : Skor 1
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Telkom Regional X Bidang Customer Care
5. Populasi dan sampel
Populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Telkom Regional X Bidang Customer Care Medan, sebanyak 36 orang. Responden akan di jadikan sample berjumlah 36 orang. Teknik sampling digunakan adalah Nonprobability dengan menggunakan metode sampling jenuh dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sample karena jumlah populasinya relatif kecil (Sugiyono 2005:78).
6. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden, yaitu pegawai coustomer care Medan, melalui kuesioner dan wawancara.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis dengan mempelajari berbagai tulisan dari buku-buku, jurnal-jurnal dan internet yang berkaitan dan mendukung penelitian ini. Data yang dibutuhkan antara lain sejarah dan perkembangan perusahaan, absensi karyawan, jumlah karyawan berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan lain sebagainya untuk mendukung penelitian.
7. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara antara lain:
a. Wawancara
Peneliti melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan, yaitu suluruh pegawai customer care PT.Telkom.
b. Kuesioner
Yaitu menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, yaitu pegawai customer care PT.Telkom.
8. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode analisis deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data Sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang komunikasi dan semangat kerja karyawan Customer care Berdasarkan hasil jawaban responden.
b. Metode analisis kuantitatif
Metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk angka. Peneliti menganalisis data dengan menggunakan metode Analisis Regresi Linier Sederhana.

SKRIPSI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (STUDI TENTANG PELAYANAN STNK)

Posted: 20 Jan 2011 01:36 PM PST


(KODE FISIP-AN-0001) : SKRIPSI PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK (STUDI TENTANG PELAYANAN STNK)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Keinginan dan kebutuhan manusia di era globalisasi saat ini semakin kompleks saja, sehingga tidak mungkin dapat dipenuhi dengan usaha sendiri maka diperlukan wadah atau organisasi untuk merealisasikan kebutuhan dan keinginan yang ingin dicapai. Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu (Malayu 2003:121). Tujuan dari suatu organisasi itu harus jelas dan rasional, apa bertujuan untuk mendapatkan laba (business organization) ataukah untuk memberikan pelayanan (public organization). Organisasi akan mencapai tujuannya jika dikelola dengan baik. Hanya saja keberhasilan untuk mewujudkan suatu organisasi yang baik, efektif dan efisien, serta sesuai dengan kebutuhan, tidak lagi hanya ditentukan oleh keberhasilan penerapan prinsip-prisip organisasi. Akan tetapi terdapat faktor lain yang tidak tampak yang juga ikut menentukan keberhasilan organisasi, faktor tersebut adalah keberhasilan budaya organisasi yang dimilikinya.
Dalam kenyataannya organisasi itu lebih daripada sekedar rasionalitas. Organisasi dapat memiliki kepribadian juga seperti manusia pada umumnya. Ada yang kaku atau fleksibel, tidak bersahabat atau suka membantu, ada yang inovatif atau konservatif Budaya organisasi yang kuat akan menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab yang besar dalam diri anggota organisasi sehingga mampu memotivasi untuk menampilkan kinerja yang paling memuaskan dan mencapai tujuan dari organisasi itu.
Dalam kehidupan bernegara, masyarakat sebagai warga negara membutuhkan suatu wadah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya baik itu yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Pemerintah selain berperan sebagai abdi negara, juga berperan sebagai abdi masyarakat. Peran inilah yang menugaskannya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa adanya diskriminasi.
Jika kita berbicara mengenai pelayanan publik, ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kualitas pelayanan suatu birokrasi pemerintah baik itu yang bersifat internal organisasi seperti kewenangan diskresi, sikap yang berorientasi terhadap perubahan, budaya organisasi, etika organisasi, sistem intensif maupun semangat kerja sama. Sedangkan faktor eksternalnya antara lain budaya politik, dinamika dan perkembangan politik, pengelolaan konflik lokal, kondisi sosial ekonomi, dan kontrol yang dilakukan oleh masyarakat dan organisasi lembaga swadaya masyarakat. (menurut Agus Dwiyanto 2005:223)
Dalam rangka analisis mengenai kualitas pelayanan publik ini, penulis memilih untuk mengamati variabel budaya organisasi, dengan harapan bahwa perbaikan pelayanan dapat dilakukan setelah mengetahui.
Ada tiga masalah besar dalam pelayanan publik yaitu diskriminasi pelayanan, tidak adanya kepastian pelayanan dan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik. Fakta bahwa pelayanan publik di Indonesia itu masih banyak yang menunjukkan kualitas yang buruk sering menjadi bahasan, baik itu secara lisan maupun tulisan. Kegagalan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik yang menghargai hak dan martabat warga negara sebagai pengguna pelayanan mengakibatnya lemahnya legitimasi pemerintah bukan hanya di mata warga negaranya tetapi ini juga berdampak luas terhadap ketidakpercayaan pihak swasta dan pihak asing untuk menanamkan investasinya.
Salah satu penyebabnya adalah budaya birokrasi di Indonesia yang banyak mengadopsi budaya Jawa, yang hierarkis, tertutup, sentralis, dan mempunyai nilai untuk menempatkan pimpinan sebagai pihak yang harus dihormati. Selain itu sangat kental budaya dimana para pelayan publik itu memberikan pelayanan berdasarkan kedekatan hubungan.
Sudah sejak lama memang banyak kesan buruk yang disandang aparat pemerintah (sektor publik) dalam hal pelayanan. Hal ini antara lain dapat diindikasikan dari besarnya dana yang digunakan untuk membiayai aparatur pemerintah, namun hal itu ternyata tidak diimbangi dengan kualitas pelayanan yang maksimal. Ini menunjukkan bahwa budaya pelayanan pada instansi pemerintahan masih belum berorientasi pada kepuasan masyarakat selaku pelanggannya. Padahal masyarakat telah bersedia mengorbankan sebagian sumber dayanya untuk negara dengan membayar berbagai macam pungutan, baik pajak, retibusi dan sebagainya. Sudah sewajarnya jika masyarakat mengharapkan kepuasan (satisfaction) yang maksimal atas pelayanan yang diberikan oleh negara.
Budaya organisasi mencerminkan spesifikasi suatu organisasi sehingga berbeda dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi ini melingkupi seluruh pola perilaku anggotanya dan menjadi pegangan bagi setiap individu dalam berinteraksi, baik di dalam ruang lingkup internal maupun eksternal.
Kantor samsat merupakan salah satu dari wadah pelayanan publik yang dibentuk oleh pemerintah di bidang pendaftaran kendaraan bermotor berdasarkan Instruksi Bersama Menteri Pertahanan Keamanan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan, dimana pelaksanaan pelayanan dengan sistem administrasi yang dilakukan secara manunggal di bawah satu atap. Salah satu tugasnya adalah melakukan penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK). STNK berfiingsi sebagai registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dengan hak memakai nomor kendaraan bermotor. Selain itu mengenai tata laksana pelayanan Samsat tersebut diatur berdasarkan Surat Keputusan Bersama Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Direktur Utama PT. Jasa Raharja juga didukung dengan PP No. 31 Tahun 2004 dimana Surat Keputusan dan PP ini akan membantu masyarakat untuk mengetahui mekanisme/jalur pelayanan maupun biaya administrasi yang harus mereka ikuti pada kantor samsat. Visi dan misi dari organisasi merupakan elemen kunci untuk membentuk dan menimbulkan budaya organisasi. Visi dan misi ini mencakup maksud, tujuan, dan ruang lingkup kegiatan suatu organisasi yang membentuk budaya organisasi yang bagaimana yang diterapkan pada instansi ini.
Lebih spesifik lagi penulis ingin melihat apakah banyaknya keluhan seperti berbagai kasus yang dialami masyarakat ketika berurusan dengan kebanyakan instansi-instansi pemerintah yang melayani pelayanan publik, juga yang dialami masyarakat ketika berurusan pada kantor samsat. Untuk itulah penulis berkeinginan untuk meneliti apakah budaya organisasi yang telah ada dalam Kantor Bersama Samsat X dapat membantu dalam pencapaian pelayanan publik yang berkualitas sehingga penulis tertarik memilih judul skripsi yaitu: "Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi tentang Pelayanan STNK di Kantor Bersama Samsat X)."

B. Perumusan Masalah
DR. Suharsimi Arikunto (1996:19) menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti hamslah memmuskan masalahnya dengan jelas, sehingga akan jelas darimana hams mulai kemana hams pergi dan dengan apa. Pemmusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah menginterpretasikan data dan fakta yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Berdasarkan uraian-uraian yang melatar belakangi masalah di atas, maka penulis memmuskan masalah sebagai berikut:
"Seberapa Besar Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kualitas pelayanan Publik (Studi tentang Pelayanan STNK di Kantor Bersama Samsat X) ?".

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
A. Untuk mengetahui budaya organisasi pada Kantor Bersama Samsat Kota X.
B. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan publik khususnya dalam pelayanan STNK di Kantor Bersama Samsat Kota X.
C. Untuk mengetahui seberapa besar pengamh budaya organisasi terhadap kualitas pelayanan publik dalam pembuatan STNK di Kantor Bersama Samsat Kota X.

D. Manfaat Penelitian
Adapun yang manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang dihadapi di lapangan.
2. Bagi instansi, penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi bagi Kantor Bersama Samsat X dalam memberikan pelayanan pendaftaran kendaraan bermotor.
3. Bagi FISIP X, dapat memperkaya bahan referensi penelitian di bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Politik pada umumnya dan Ilmu Administrasi Negara pada khususnya.

E. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2005:70) Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada pengaruh budaya organisasi terhadap kualitas pelayanan publik.
2. Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada pengaruh budaya organisasi terhadap kualitas pelayanan publik.

F. Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995:33) defenisi konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian.
Defenisi konsep yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
1. Budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu organisasi.
2. Kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dimana pelayanan yang diberikan aparat sudah memenuhi atau bahkan melebihi dari apa yang menjadi harapan masyarakat.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhanhasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi data, karakteristik objek penelitian yang relevan dengan topik penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.
BAB V ANALISIS DATA
Bab ini memuat analisa data pada Bab IV untuk selanjutnya memberikan interpretasinya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan.

Related Post: