PROPOSAL PERMOHONAN MEMBANGUN TBM PROPOSAL PERMOHONAN MEMBANGUN TBM

PROPOSAL PERMOHONAN MEMBANGUN TBM

Proposal Permohonan Bantuan Membangun Taman Bacaan kurnia Kupang NTT

Proposal Taman bacaan kurnia
A. Dasar Pemikiran
Hampir secara keseluruhan, bangsa yang sudah maju dan ingin maju, kegiatan membaca merupakan suatu kebutuhan, sama seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan (SPP). Membaca adalah satu aktivitas penting bagi terciptanya generasi-generasi yang memiliki wawasan luas dalam segal hal, dan sudah barang tentu peka terhadap kondisi lingkungannya. Ada pepatah yang mengatakan, dengan membaca kita bisa membedah isi dunia. Sebenarnya, dengan membaca, seseorang telah melibatkan banyak aspek; meliputi berpikir (to think), merasakan (to feel), dan bertindak melaksanakan hal-hal yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang dianjurkan oleh bahan bacaan (to act).
Akan tetapi di negeri Ibu pertiwi ini, budaya membaca belum sepenuhnya menjadi laku keseharian, mengingat di satu sisi, pendidikan kita belum mampu meletakkkan pondasi dasar bahwa membaca adalah kebutuhan paling vital sebelum jauh menginjak tingkat pendidikan ke arah yang lebih tinggi. Di lain sisi, pendidikan sampai saat ini pun belum menjamah seratus persen sampai ke setiap wilayah pelosok negeri, terutama desa-desa terpencil yang tidak mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah daerah maupun pusat.
Masalah gemar membaca sudah menjadi masalah bangsa, karena rendahnya budaya membaca bagi bangsa kita sudah sangat memperihatinkan, belum lagi di era serba tekhnologi ini, budaya membaca semakin mengalami kemunduran, pasalnya, serbuan media elektornik, seperti televisi, internet, radio, dan lain sebagainya telah membuat aktivitas membaca menjadi pekerjaan yang dinomorkan berikutkan. Tidak hanya generasi yang instan yang bakal lahir, melainkan manusia-manusia yang tidak mengawali satu pekerjaan dari nol dan bersungguh-sungguh, sehingga orisinalitas ide serta beragam inovasi dari bermacam kreativitas menjadi hal yang sangat sulit direalisasikan, apalagi dikembangkan.
Dengan demikian, fenomena sosial di atas adalah terjadinya lompatan budaya dalam masyarakat. Kita telah diserbu budaya media massa, padahal budaya baca belum tercipta dengan kuat dan menyeluruh menyentuh ke semua lapisan struktur masyarakat.
Patut diketahui, di masyarakat Barat, munculnya budaya menonton televisi setelah didahului dengan terciptanya budaya baca yang kuat. Artinya, walaupun masyarakat Barat juga banyak menonton televisi, mereka tetap mampu mempertahankan budaya bacanya secara militan.
Gambaran nyata dari lemahnya budaya baca dalam masyarakat kita, tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2003. Penduduk berusia di atas 15 tahun yang membaca koran hanya berjumlah 55,11 %, sedangkan yang membaca tabloid atau majalah sebesar 29, 22 %. Penduduk yang membaca buku fiksi 44, 28 %, dan yang membaca buku pengetahuan 21, 07 %.
Keadaan tersebut semakin diperparah, sesuai laporan UNESCO, bahwa di atas 10 % warga Indonesia masih menderita buta huruf, jauh di atas negara-negara tetangga di Asia Tenggara, kecuali kawasan Indocina. Lebih dua kali lipat dari pria, perempuan Indonesia buta huruf.
Data BPS 2006 juga menunjukkan bahwa masyarakat yang mendapatkan informasi lewat cara membaca buu baru mencapai 23, 5 %. Kondisi itu lagi-lagi kontras dengan perolehan informasi dari televisi yang mencapai 85,9 %.
Tampak nyata bahwa televisi begitu digemari. Padahal menurut Dharma Singh Khalsa, dalam Brain Longevity, televisi menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan terutama sekali merusak kecerdasan spasial dan otak sebelah kanan. Bahaya paling besar dari televisi ialah mengalihkan perhatian orang dari membaca buku.
Sehingga satu pertanyaan yang layak untuk diajukan saat ini, apakah kita semua, apa pun profesi kita dan siapa pun adanya kita, untuk mau mempelopori terciptanya budaya baca dalam masyarakat.
Sepertinya, kita patut belajar dari seorang John Wood, eksekutif Microsoft yang memilih keluar dari pekerjaannya demi memelopori terciptanya budaya baca dan memberantas buta huruf.
la mendirikan tak kurang dari 3.600 perpustakaan di Asia; menggagas room to read bagi anak-anak penyandang buta aksara, anak-anak miskin dan putus sekolah. Ia begitu tersentuh hatinya tatkala bertemu dengan anak-anak buta aksara di kaki Gunung Himalaya.
Sebenarnya, kiprah John Wood telah menampar wajah sombong kita, para kaum terpelajar (weel educated) negeri ini yang masih malas untuk membaca.
Dari kondisi semacam inilah, kami mencoba mensemestakan kembali budidaya membaca dari desa, karena sampai saat ini masyarakat desa semakin terpinggirkan oleh segala sistem yang berjalan di negeri atau dunia ini. Dengan kata lain, masyarakat desa masih dipaksa tidur lelap di atas kubangan kebodohannya.
Maka dari pada itu, kami berencana membuka layanan baca gratis atau taman bacaan bagi masyarakat untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dari kegiatan tersebut, kami berharap akan lahir benih-benih generasi desa yang cerdas, matang dan maju untuk menjauhi segala ketertinggalannya. Adapun taman bacaan gratis yang akan dibangun berlokasi di Mamlasi dan Netenkabuka, Desa Netemnanu Selatan, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, suatu tempat yang terpencil dan jauh dari akses pengetahuan, tempat yang berbatasan langsung dengan Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU.

B. Maksud Kegiatan
Dari dasar pemikiran di atas, ada beberapa pokok masalah yang menjadi kebutuhan pokok untuk menjawab cita-cita membangun budaya gemar membaca bagi masyarakat, di antaranya adalah:
Ø Membangun gedung perpustakaan/taman bacaan gratis bagi masyarakat Desa, mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa

Membutuhkan bantuan dana guna membangun gedung atau semacam gubukØ mungil untuk taman bacaan serta bantuan dalam bentuk buku, majalah, tabloid, bulletin dan lain sebagainya.
C. Tujuan Kegiatan
Jangka Pendek dan menengah : Menciptakan masyarakat yang bebas dari buta huruf serta meningkatkan budaya gemar membaca dalam setiap lapisan struktur masyarakat.
Jangka Panjang : Membangun masyarakat yang berkeadaban, berilmu pengatahuan serta menciptakan masyarakat belajar (Learning Community).

D. Sasaran Kegiatan
Dengan pertimbangan maksus dan tujuan di atas, sasaran yang mengena untuk taman bacaan tersebut adalah sebagai berikut :

Ø Play Group

Ø Sekolah Dasar (SD)

Ø Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Ø Sekolah Menengah Atas (SMA)

Ø Guru SD, SLTP, SMA.

Ø Masyarakat umum

E. Pelaksanaan Kegiatan

Saat ini kami secara swadaya masih menyediakan suatu ruangan yang sederhana berukuran 3 x 3 m yang bertempat di rumah keluarga Banoe

F. Struktur Pengurus Taman Bacaan

Ø Nama Lembaga : Taman Bacaan “KURNIA”

Ø Visi : Menjelajah Isi Dunia dengan membaca

Ø Misi : Menciptakan masyarakat yang gemar membaca

Ø Penanggung Jawab : Benyamin Banoe

Ø Pengurus : Okto Haubenu, perangkat Dusun dan Guru SD

Ø Koordinator Lapangan : Ibu Oematan

G. Permohonan Bantuan

Melihat Penjelasan di atas, tentu tidak hanya sikap prihatin saja yang dibutuhkan, tetapi haruslah dijawab dengan langkah yang nyata untuk mewujudkan masyarakat yang gemar membaca
Untuk itu, dengan segelintir orang, saat ini kami sedang merintis sebuah Taman Bacaan untuk anak-anak hingga dewasa, dengan nama Taman Bacaan KURNIA’, dan mengusung visi: Menjelajah Isi Dunia dengan membaca.
Koleksi yang kami miliki saat ini sebanyak 300-an buku yang terdiri dari komik, novel, buku agama, pengetahuan umum yang berasal dari dana pribadi.
Namun, terkait dengan hal tertsebut di atas, saat ini kami masih mempunyai beberapa masalah, di antaranya masalah keuangan pengadaan rak-rak buku taman bacaan serta kurangnya bahan koleksi buku untuk taman bacaan tersebut.
Sehingga melalui proposal ini kami mohon bantuan dana atau koleksi buku, majalah, komik educativ, CD pembelajaran, atau yang lain lain yang sifatnya mendidik bagi masyarakat khalayak umum untuk membantu demi terwujudnya taman bacaan tersebut.

Adapun koleksi buku yang kami perlukan (boleh buku Bekas) antara lain :

Ø Buku komik edukatif bergambar sebanyak 100 buku
@ Rp 100.000 = Rp 10.000.000

Ø Buku Pelajaran SD sebanyak 50 buku
@ Rp 60.000 = Rp 3.000.000

Ø Buku Pelajaran SMP sebanyak 50 buku
@ Rp 60.000 = Rp 3.000.000

Ø Buku Pelajaran SMU sebanyak 50 buku
@ Rp 60.000 = Rp 3.000.000

Ø Buku Teknologi tepat guna sebanyak 100 buku
@ Rp 70.000 = Rp 7.000.000

Ø Buku Komputer 50 buku
@ Rp 100.000 = Rp 5.000.000

Ø Buku Pertanian dan Peternakan sebanyak 200 buku
@ Rp 70.000 = Rp 14.000.000

Ø Majalah sebanyak 50ex
@ Rp 60.000 = Rp 3.000.000

Ø Buku Ketrampilan sebanyak 100 buku
@ Rp 100.000 = Rp 10.000.000
Jumlah = Rp 58.000.000
Perlengkapan Taman Baca yang kami perlukan :
Ø Karpet ukuran 4 x 4 = Rp 2.000.000

Ø Meja baca kecil 10 meja
@ Rp 100.000 = Rp 1.000.000

Ø Rak 4
@ Rp 500.000 = Rp 2.000.000

Jumlah = Rp 5.000.000

Jadi jumlah total dana yang kami butuhkan sebesar Rp 63.000.000

H Pengaturan Operasional TAMAN BACA:

Agar roda Taman Bacaan bisa berjalan baik dan kontinyu, maka pengelolaan untuk sementara langsung di bawah kepengurusan dan akan dicari seorang pengurus yang sevisi untuk menjalankannya. Untuk mekanisme pengelolan Taman bacaan akan buka setiap hari dari jam 09:00 sampai jam 17;00 yang dilakukan oleh pengurus taman baca.

I. Penutup

Demikian proposal ini kami buat dengan sebenar-benarnya, semoga bisa dijadikan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait. Atas kerjasama dan partisipasinya kami sampaikan banyak terimakasih.

Related Post: